Ramadan ‘alal al abaab, Ramadan telah di depan mata. Bulan Ramadan yang doanya dipanjatkan sejak bulan Rajab akhirnya telah tiba. Dambaan seluruh umat Islam untuk sampai di bulan suci nan penuh mulia telah hadir di depan mata. Harapan agar umur ini dipertemukan dengan bulan penuh ampunan Allah kabulkan.
Alhamdulillah atas izin-Nya kita semua umat Islam dipertemukan lagi dengan bulan yang penuh rahmat dan ampunan. Tamu agung yang ditunggu-tunggu telah tiba. Sudahkah siapkah? Terkadang sebagian (atau kebanyakan orang) mungkin menyambut tamu agung ini biasa saja. Kalau kata ustdaz Nuzul Dzikri “Justru ini yang berbahaya ketika datang Ramadan hanya dianggap ibadah rutinitas tahunan saja”.
Ini yang harus diintrofeksi dari setiap muslim. Terutama bil khusus untuk saya pribadi terkadang kurang antusias dalam menyambut tamu agung ini. “Wahai diri jangan sia-siakan kesempatan emas ini. Ingat dan renungkan! Belum tentu sisa umur ini sampai di bulan penuh rahmat dan ampunan tahun depan.” Mari kita sambut bulan istimewa ini dengan lapang. Marhaban ya Ramadhan kariim.
Marhaban ya Ramadhan, selamat datang wahai Ramadan. Kata Marhaban Secara etimologis berasal dari verba رَحَبَ berarti lebar, luas, lapang, besar, sangat banyak dan meluap. Kemudian derivasi dari kata tersebut رَحَّبَ – يُرَحِّبُ yang artinya menyambut dengan gembira, menerima, mengelu-elukan. Selanjutnya bentuk nominanya مَرْحَبًا yang artinya selamat datang.
Menurut Quraish Shihab bahwa ungkapan marhaban ya Ramadhan. Selain bermakna ucapan selamat datang memiliki makna juga kehadiran Ramadan ini untuk perbaikan jiwa. “Kami menyambutmu dengan penuh kegembiraan dan kami persiapkan untukmu tempat yang luas agar engkau bebas melakukan apa saja, yang berkaitan dengan upaya mengasah dan mengasuh jiwa kami,”
Ramadhan baina yadaik wahadzihi furshotuna, Ramadan di hadapan kita dan inilah kesempatan yang sangat berharga bagi kita semua. Setelah menyambut dengan hati yang lapang dan penuh gembira. Lantas apa saja hal yang harus dilakukan dalam menjamu tamu agung ini. Menurut Ustadz Adi Hidayat dalam ceramahnya berikut kurikulum Ramadan.
Pertama, tingkatkan ibadah shalat baik secara kualitas dan kuantitas. Untuk shalat yang fardhu ditingkatkan kembali kualitasnya. untuk yang sunnah ditingkatkan kuantitasnya.
Kedua, dekatkan diri dengan sumber dan petunjuk hidup umat Islam tidak lain dan tidak bukan Al-Quranul Kariim. Al Qur’an sebagai manual book seorang muslim. Sudah sepatutnya menjadi panduan hidup yang perlu ditadabburi (dipelajari lebih mendalam).
Ketiga, Amal harta, mulai zakat, sedekah and infaq
Selamat dan semangat menjamu tamu agung yang bernama Ramadan dengan berbagai amal shaleh. Amal sholeh yang akan menjadi teman setia di akhirat kelak. Semoga maghfiroh kita gapai dan medali takwa kita raih.
Wallaahu a’lam bishowab.
Daftar Referensi
https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/%D8%B1%D8%AD%D8%A8/
Shihab, M. Quraish. 1994. Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan. Bandung: Mizan.
Penulis:
Siti Rokhmah, M.Pd.I – Guru MAN 3 Indramayu